Jumat, 18 April 2008

sepenggal episode di tengah malam

"CERITAKAN padaku tentang Alina."
Maka seroang pencerita yang baik sekali pun akan tertegun. seperti ada paku yang menancap tepat di atas kepala. Semakin lama semakin dalam. Darah mengalir. Atau lebih tepatnya mengucur. Dan ketika kujilat terasa asin, itu adalah keringat yang mengucur justru di dini hari yang sangat dingin.
"Bagaimana kau temukan nama itu, sayangku?"
"Dalam mimpi."
"Mimpi? Aku tak mengerti."
"Ya, mimpi. Yang datang ketika kita sedang tidur. Yang kata orang menjadi bunga tidur. Yang bagi sebagian orang memiliki makna jika kita bisa mengejanya. Yang..."
"Kalau itu aku tahu," selaku. "Tapi maksudku, bagaimana kau bisa tahu ada nama Alina?"
"Ia selalu hadir dalam mimpiku. Selalu."
"Kau mengenalnya, istriku?"
"Tidak. Bahkan melihatnya pun belum. Tapi aku yakin, ia ada. Sangat nyata."
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?"
"Karena setiap malam ia hadir. Menyapaku. Mengulurkan tangannya seperti hendak menjabat tanganku."
"Dan kau terima jabatan tangannya?"
Ia menggeleng.
"Kenapa?"
"Karena kau tidak mengenalnya."
Jawaban yang sangat sederhana.
"Lalu mengapa kau tanyakan nama itu kepadaku?"
"Karena kau mengenalnya. Sangat mengenalnya."
"Kau yakin?"
Ia mengangguk.
"Bagaimana kau bisa yakin?"
"Karena setiap kali datang, ia selalu bersamamu."
"Dalam mimpimu itu?"
"Ya. Dalam mimpiku."
"Itu hanya mimpi, Penari sukmaku."
"Semua selalu berawal dari mimpi, Suamiku."
"Tapi tidak semua mimpi selalu berarti kenyataan."
"Dan tidak semua mimpi juga hanya hanya berakhir sebagai mimpi bukan? Maka ceritakanlah tentang Alina."
Dan aku tak bisa apa-apa. Bahkan tukang cerita yang baik sekali pun tak akan pernah mampu melakukannya. Sebab cerita akan membawa luka. Dan luka sangat menyakitkan.
Tapi membiarkannya tetap tersembunyi sama saja dengan menyimpan magma yang setiap saat bisa meletup. Magma yang meletup-letup, menerbangkan batu-batu dan menyisakan bencana.
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku berhadapan dengan dilema. Tak yakin apa yang harus aku lakukan. Aku hanya yakin, keduanya mempunyai arti bagiku. Istriku dan Alinaku...
(jumat tengah malam, 18.07.03)

Tidak ada komentar: